
Bermain melawan Belgia dengan materi pemain yang lebih diunggulkan, Italia menjalankan taktik pertahanan poros tengah dan serangan balik yang dirancang pelatih Antonio Conte, mantan juru strategi Juventus yang bakal menangani Chelsea.
Taktik itu terbukti membuat frustrasi Belgia. Serangan tim berjuluk āSetan Merahā itu berulang kali tak mampu menerobos kokohnya palang pintu Italia yang dikawal Gianluigi Buffon, kiper kawakan berusia 38 tahun. Contohnya, tendangan Radja Nainggolan, gelandang Belgia keturunan Indonesia, yang ditepis Buffon pada menit ke-10.
Keunggulan Italia tidak sanggup diubah para pemain Belgia. Ujung tombak Romelu Lukaku yang tinggal berhadapan dengan Buffon menyia-nyiakan peluang pada babak kedua. Begitu pula dengan Divock Origi yang tandukannya melambung di atas mistar gawang.
Beberapa saat sebelum peluit tanda akhir pertandingan ditiup wasit, Italia malah menggandakan keunggulan. Antonio Candreva yang berhadapan dengan kiper Thibaut Courtois mengirim umpan ke pemain Southampton, Graziano Pelle, yang berdiri bebas. Dengan sebuah tendangan gunting, bola pun melesak ke dalam gawang Belgia.
āYang kami tunjukkan malam ini adalah keberadaan dua tim yang bermain sepak bola menarik, dengan perubahan di masing-masing kubu. Ini membuktikan bahwa dalam sepak bola, tiada yang sudah ditentukan sebelumnya. Di lapangan Anda harus menyatakannya,ā kata Conte.
Di lain pihak, kiper Belgia, Thibaut Courtois, menyatakan timnya harus memenangi dua pertandingan lagi melawan Republik Irlandia dan Swedia agar bisa lolos ke babak berikutnya.
āKami harus menjadi tim yang lebih baik. Italia mengungguli kami dalam pengaturan tim dan merekalah tim yang lebih baik secara taktis,ā ujarnya (bbcindonesia.com/bro-2)
EditorĀ Ā Ā : Eykel Lasflorest Simanjuntak