Spread the love

Jakarta, BeritaRayaOnline,-Minggu, 31 Juli 2022 lalu, Teater Tanah Air mentas di Toyama, Jepang. Inilah pentas teater modern, yang konsisten merawat tradisi bangsa, demi mengharumkan Indonesia di panggung internasional.

Teater Visual untuk Publik Dunia

Sejak didirikan di Jakarta 14 September 1988, Jose Rizal Manua sudah mengarahkan Teater Tanah Air menjadi teater visual. Salah satunya, dengan memanfaatkan bayangan di layar lebar, sebagaimana tradisi dalam pertunjukan wayang, yang sudah dikenal di berbagai pelosok tanah air.

Artinya, Jose Rizal Manua selaku Pendiri sekaligus Pimpinan dan Sutradara Teater Tanah Air, tak ingin tercerabut dari akar budaya yang melatarinya. Meski secara konsep, ia menempuh track teater modern. Baik dalam pengadeganan, maupun secara dramaturgi.

“Kesadaran untuk merawat tradisi, adalah bagian dari sikap kesenian saya. Dalam pementasan, saya mengemasnya secara modern, agar lebih leĺuasa berkomunikasi dengan publik yang hidup di era modern kini,” ujar Jose Rizal Manua, yang sehari-hari mengenakan blangkon ini.

Di pementasan Help! pada Minggu, 31 Juli 2022 lalu itu, misalnya. Jose Rizal Manua sadar bahwa ia mentas di ajang internasional The World Festival of Children’s Performing Arts in Toyama Jepang 2022, dan yang ia hadapi adalah publik yang berasal dari berbagai negara di dunia.

Karena itulah, unsur visual ia cermati dengan sungguh-sungguh. Jose Rizal Manua, misalnya, cukup rewel memilih serta menentukan warna filter untuk lighting yang digunakan. Selain mempertimbangkan harmonisasi cahaya, ia juga ingin memberi kejutan visual kepada publik dunia.

Sehari sebelum pementasan, Jose Rizal Manua berdiskusi intens dengan tim teknis Toyama Kenminkaikan, culture centre di Toyama City, yang menjadi gedung pertunjukan. “Secara manajemen panggung, mereka cukup akomodatif. Meski, ada beberapa hal yang perlu di-adjustment, sesuai dengan kebutuhan artistik Teater Tanah Air,” ungkap Jose Rizal Manua, yang juga berpengalaman tentang manajemen panggung ketika menjadi karyawan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Secara keseluruhan, Toyama Kenminkaikan yang juga dikenal sebagai Toyama Community Hall, adalah gedung pertunjukan modern. Tapi, mereka tidak menyiapkan lampu sorot 1.000 watt untuk kebutuhan Teater Tanah Air, agar tercipta bayangan sempurna dari belakang panggung. Jose Rizal Manua meng-adjust hal tersebut, demi pencapaian artistik yang diinginkan.

Teater Visual dengan Pesan Universal

Dalam pementasan Help! karya Putu Wijaya yang disutradarai Jose Rizal Manua ini, ada dua sosok robot yang berperan sebagai tokoh jahat, yang hendak mencuri bulan purnama dari angkasa. “Saya sebenarnya ingin memosisikan bulan purnama di lini depan panggung, tapi tidak memungkinkan, karena sudah ada deretan lampu di sana, yang secara teknis tidak mungkin dipindahkan,” ungkap Jose Rizal Manua lebih lanjut.

Dari tidak tersedianya lampu sorot 1.000 watt dan tidak memungkinkan menempatkan bulan purnama di lini depan panggung, itu tak membuat Jose Rizal Manua hilang akal. “Sebagai kreator seni, selaku pekerja teater, kita harus siap dengan jurus-jurus kreatif untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang tidak ideal,” tukas Jose Rizal Manua.

Kita tahu, Jose Rizal Manua dan Teater Tanah Air sudah memiliki jam terbang tinggi dalam hal pementasan di luar negeri. Antara lain, di The Asia-Pacific Festival of Children’s Theatre di Toyama-Jepang, tahun 2004; di 9Th World Festival of Children’s Theatre di Lingen (Ems)-Jerman, tahun 2006; di 10Th World Festival of Children’s Theatre di Moscow-Rusia, tahun 2008, dan di International Children’s Festival of Performing Arts di New Delhi-India, tahun 2013. 15Th World Festival of Children’s THEATRE di Stratford, Ontario, Canada, tahun 2016.

Jose Rizal Manua menuturkan, pengalaman mengikuti berbagai festival teater di kancah internasional, bukan hanya mengajarkan hal-hal teknis, tapi sekaligus menumbuhkan spirit kreatif. Dua sosok robot yang berperan sebagai tokoh jahat itu, misalnya. Jose Rizal Manua melengkapi sang robot dengan cahaya di sekujur tubuhnya, dari bagian kepala hingga ke ujung kaki.

“Di satu sisi, unsur cahaya di tubuh robot ditujukan untuk mengeliminir aspek seram, agar tidak menakutkan bagi anak-anak yang menonton. Di sisi lain, agar pesan visual tetap sampai kepada publik,” ujar Jose Rizal Manua lebih lanjut. Karena, bagaimanapun juga, Teater Tanah Air adalah teater anak-anak, yang berpentas dalam konteks The World Festival of Children’s Performing Arts in Toyama Jepang 2022.

Publik Jepang, termasuk anak-anak Jepang, sesungguhnya sudah sangat akrab dengan mainan robot. Beberapa pekan lalu, kantor berita Reuters melansir mainan robot Sora-Q, yang diproduksi oleh produsen mainan Jepang Tomy Company dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA). Robot dengan ukuran diameter 8 sentimeter dan memiliki bobot hanya 250 gram tersebut, memiliki dua roda di samping yang dapat bergerak di atas pasir halus.

Mainan robot Sora-Q itu, dikembangkan sebagai mainan yang mampu mengeksplorasi bulan di angkasa. Untuk menumbuhkan imajinasi anak-anak tentang ruang angkasa. Maka, ketika Jose Rizal Manua dan Teater Tanah Air mementaskan Help! yang berkisah tentang bulan purnama di Toyama Jepang, anak-anak setempat dengan leluasa mencernanya.

Teater Visual Berbingkai Tradisi Bangsa

Merespon publik modern, bukan berarti Jose Rizal Manua dan Teater Tanah Air melepaskan diri dari tradisi bangsa. Pada pembukaan The World Festival of Children’s Performing Arts in Toyama Jepang 2022, pada Sabtu, 30 Juli 2022 lalu, seluruh pemain Teater Tanah Air mengenakan busana tradisi nasional, dari berbagai etnis di tanah air.

Kehadiran pemain Teater Tanah Air dengan busana tradisi nasional tersebut, tentu saja langsung menjadi pusat perhatian publik dunia di sana.
Oh, ya, selain Teater Tanah Air dari Indonesia, grup teater dari negara lain yang juga diundang, adalah dari Argentine, Belgium, Canada, China, Croatia, Cuba, Czech, Egypt, Hungary, South Korea, Monaco, Russia, Thailand, United Kingdom, Vietnam, dan Zimbabwe.

Para delegasi teater dari berbagai negara tersebut, dengan suka-ria mengajak para pemain Teater Tanah Air untuk berfoto bareng. “Kami bukan hanya berpentas di atas panggung, tapi sekaligus menciptakan suasana teater di arena The World Festival of Children’s Performing Arts in Toyama Jepang 2022,” ungkap Jose Rizal Manua.

Di kesempatan berinteraksi dengan publik dunia tersebut, masing-masing pemain Teater Tanah Air bercerita tentang busana tradisi yang mereka kenakan. Dengan kata lain, mereka sesungguhnya telah menjadi duta bangsa, memperkenalkan tradisi berbagai etnis nasional kepada warga dunia, dengan suka-ria.

Jose Rizal Manua menuturkan, busana tradisi dari berbagai etnis nasional itu memang sengaja disiapkan dari tanah air. Ini adalah bagian dari upaya Teater Tanah Air untuk menanamkan kecintaan kepada tradisi bangsa sejak dini. Ia berharap, anak-anak Teater Tanah Air menyadari sejak dini, bahwa kekayaan budaya nasional perlu dirawat sekaligus diperkenalkan kepada warga dunia.

Aspek edukasi memang kental di Teater Tanah Air, yang anggotanya di rentang usia 6 hingga belasan tahun. Melalui pementasan teater ke berbagai negara, Jose Rizal Manua membukakan ruang kepada mereka untuk berinteraksi serta membangun network internasional. Kepercayaan diri mereka tumbuh secara alamiah. Imajinasi mereka pun berkembang, dalam konteks proses kreatif.

Toyama Jepang, 8 Agustus 2022.

Salam dari saya Isson Khairul
Persatuan Penulis Indonesia. (**/Bro-1)

**/Tulisan ini dikutip oleh beritarayaonline atas seizin  Jose Rizal Manua pada laman facebook-nya  pada Jumat, 12 Agustus 2022.

Editor  : Lasman Simanjuntak

 

 

Tinggalkan Balasan