Mendaki bukit Tuban
diselimuti hujan
tubuhnya yang letih
berkejaran waktu
dengan derasnya
aliran sungai dari bukit sebrang.
Lalu kami bersekutu
ladang-ladang batu
bersolek sejak dinihari
tanpa menghadap matahari.
Desaku tak lagi muntahkan
doa pagi
bagi hari perhentian yang dilipat-lipat.
Di hamparan panen raya jagung ini
petani tak pandai bernyanyi lagi
karena harga kiloan dibanting
para importir berwajah bening.
Diceritakan kesulitan;
pupuk kandang tujuh bulan
dan anak-anak yang rindu berenang
supaya bapaknya tak hanya dikenang.
Lalu dilukiskan sebuah tanah embung
musim kemarau sampai musim hujan.
Segera disebar
semangat menanam
dalam puisiku
ada areal persawahan
ada pula ruang batin,
namun,aku tak mau mati miskin.
Tuban, Jawa Timur,Maret 2016
Kota Surabaya di Sini Puisiku Bernyanyi
Kota Surabaya di sini puisiku bernyanyi
tentang masa kanak-kanak
tak sempat bernafas panjang
memotret akte kelahiran
seperti mengunyah permen kehidupan
sunyiku lalu lalang
lalu terbentur di padang ilalang.
Sebuah rumah sakit
tanpa ada penyakit.
Di kota pahlawan ini
perangku berkecamuk
karena mereka telah mengamuk
berulang-ulang birahi makin gemuk.
Mereka saling bertengkar di atas papan catur
disembunyikan di kuburan.
Surabaya 4 Maret 2016
Puisiku Berenang Dalam Lumpur Sawah
Inilah peta perjalanan
bersetubuh dengan hijauan sawah
mencangkul di atas sepi yang basah
petani ternyata masih merintih
berhari-hari harga gabah
terluka parah
celanaku berdarah
disuntik mata uang rupiah.
Kemiskinan ini jadi sebuah sungai
yang mengalir deras
diantara mesin panen raya
terselip senyum Mbok Minah
perlahan hilang
diterjang hujan .
Mojokerto Kamis 3 Maret 2016
Mandi di Ketiak Sawah
Mandi di ketiak sawah
seperti kita memburu waktu
seekor ikan gabus tak lincah
berenang dalam lumpur rahimmu.
Lama engkau tanam benih padi
dalam perutku yang kian tua
namun tetap berbuah.
Seperti karungan beras dan gabah itu
bukan lagi milik petani miskin
atau penyanyi dangdut yang bergoyang
tiap pagi di pintu masuk desa.
Lamongan,Jawa Timur,13 Maret 2016
Hujan, Hatiku Gelisah Ingin Terjun ke Sawah
Sejak kemarin sudah kulakoni
-rumah tangga yang hancur-
menyebar firman-Mu melalui media digital
menjadi teladan bersolek di kaca di gereja
dan berbicara dengan suara lantang;
anak-anak di Damaskus Suriah yang kelaparan
anggaran negara defisit Rp 290 triliun
hingga PHK massal bertabrakan dengan kendaraan di jalan.
pagihari ini
semua jadi berubah total
kulihat air rawa
di tubuhnya ada sawah.
perahu berlayar
dengan pose seperti seekor macan
menyesal dan harus berdiam
seperti keterasingan diri.
Pamulang, Minggu, 28 Februari 2016
pukul 14.35 WIB
