Spread the love
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat kunker ke Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (3/7/2016) sempat mengajak wartawan untuk "bernostalgia" ke tempat kosnya sewaktu masih menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas). Ditemani Kabalitbang Kementan Muhammad Syakir, Mentan Andi Amran melihat sebuah danau dimana sewaktu jadi mahasiswa sering memancing ikan untuk makan sehari-hari di tempat kost. (Foto : Lasman Simanjuntak/BeritaRayaOnline)
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat kunker ke Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (3/7/2016) sempat mengajak wartawan untuk “bernostalgia” ke tempat kosnya sewaktu masih menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) tahun 1988-1993. Ditemani Kabalitbang Kementan Muhammad Syakir, Mentan Andi Amran melihat sebuah danau dimana sewaktu jadi mahasiswa sering memancing ikan untuk makan sehari-hari di tempat kost yang dibayar tiap bulan Rp 150 ribu . (Foto : Lasman Simanjuntak/BeritaRayaOnline)

Makasar BeritaRayaOnline,-Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, berjanji tidak akan mempermalukan rakyat Sulsel, khususnya para guru dan dosen yang telah mendidik dan menjadikannya seperti sekarang, dengan tidak melakukan korupsi serupiah pun.

De’ upakasiri’ki’ (saya tidak akan mempermalukan),” kata Mentan Andi  Amran Sulaiman di hadapan para guru besar agrokompleks (fakultas pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan) Universitas Hasanuddin di Benteng Fort Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan,Sabtu malam  (9/7/2016)

Amran menghadiri acara reuni agrokompleks bersama sejumlah tokoh penting Sulsel lainnya, seperti Wagub Agus Arifin Nu’mang, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, anggota DPR Aliyah Mustika, Wakil Wali Kota Makassar , dan Apiaty Amin Syam.

Amran menyebut beberapa guru besar yang hadir, di antaranya Prof Ambo Ala, Prof Farida Nurland, dan Prof Dahliana. “Kita saling doakan. Guruku, yang kami lakukan di negara ini adalah amanah dari bapak dan ibu guruku,” ujarnya.

Menteri pertama dari Fakultas Pertanian Unhas setelah 70 tahun Indonesia merdeka ini lalu menegaskan, “Kalau nanti ada seribu rupiah uang negara kami ambil, hari itu juga kami berhenti, minta turun jadi menteri. Kalau ada amanah yang kami langgar, baik secara agama maupun undang-undang, hari itu juga kami pamit. De’ upakasiri’ki’.”

Amran, yang anak petani dan mengaku dulu sering makan ikan seribu atau mairo, menyebut dirinya adalah hamba Allah, yang biasa-biasa saja, tidak lebih dari siapapun. “Saya bahkan tidak pernah bercita-cita jadi menteri. Hanya takdir Allah yang menentukan saya jadi menteri,” ujarnya.

Amran sering ditanya oleh kolega-koleganya, apa enak jadi menteri. “Saya bilang, enaknya adalah kalau macet kita bisa lolos. Itu saja,” katanya setengah bercanda.

Di luar dari itu, Amran mengatakan, yang didapat dari jadi menteri itu adalah stress berat. “Jadi, kalau ada yang bercita-cita jadi menteri, pikir-pikir dulu. Fisik harus kuat. Dan juga harus tahan karena tensi darah bisa naik sampai 170,” ungkapnya.

Menteri mengungkapkan, baru tiga bulan jadi menteri, sudah banyak hujatan kepada dirinya. “Mungkin ada yang berpikir, siapa ini, dari Makassar, mungkin penjual coto dari Makassar tiba-tiba jadi menteri,” paparnya.

Menghadapi berbagai tekanan itu, Amran ternyata punya jurus khusus. “Mereka tidak tahu jurus saya. Jurus tidak nonton TV tidak baca koran. Selesai persoalan,” ungkapnya yang disambut tawa hadirin.

Amran lalu mengutip pesan dari orangtuanya, yakni, kalau saudaramu mau pergi berperang, jangan perlihatkan air mata dan darah karena dia akan ketakutan. Dari pesan itu, Amran mendapat spirit untuk menguatkan diri menghadapi segala persoalan dan tantangan, tanpa rasa takut.

“Itu karena doa dan dukungan saudaraku sekalian, yang memberi kepercayaan kepada saya untuk menjalankan amanah ini. Dan, Insya Allah, saya akan menjaga dan menjalankan amanah ini dengan baik. De’ upakasiri’ki’,” tegasnya.(*/Bro-1)

Editor    :  Pulo Lasman Simanjuntak

Tinggalkan Balasan