Spread the love

padiSragen,BeritaRayaOnline,-Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan inspeksi mendadak (sidak) dan pemantauan ke penggilingan beras PT Sukses Abadi Karya Inti  (Sakti) yang merupakan anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera di jalan Raya Solo, Sragen KM 23, Senin (22/5/2016).
Kepala KPPU Syarkawi mengatakan, sidak dilakukan ke penggilingan yang memiliki kapasitas produksi beras 1.500 ton per hari atau 45.000 ton per bulan ini untuk memastikan tidak ada aksi kartel dan mencegah terjadinya gejolak harga beras menjelang Ramadhan dan Lebaran 2016.
“Kita melakukan pengawasan karena menjelang Ramadhan dan Lebaran aksi kartel selalu terjadi. Namun sampai hari ini belum ditemukan adanya aksi kartel. Tapi kami akan terus menelusri ini sampai Jakarta karena ternyata semua yang menentukan harga beras ada di Jakarta,” ujar Syakarwi usai melakukan sidak.
paditigaSyarkawi menambahkan, pelaku-pelaku kartel biasanya dilakukan oleh pemilik-pemilik penggilingan besar, karena semua pemilik penggilingan besar juga merupakan pedagang beras juga.
“Kita akan terus menyelidiki. Pemain besar itu hanya sedikit, hanya ada di 11 provinsi. Mereka punya penggilingan besar dan juga pedagang besar. Saat ini memang belum ditemukan. Akan kita sebut kartel bila mereka melakukan penimbunan atau kong kalikong menentukan harga beras,” ungkapnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang diwakili Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Agung Hendriadi di kesempatan yang sama mengatakan, pihaknya menyesalkan bahwa Tiga Pilar Sejahtera kurang memprioritaskan pembelian gabah secara langsung dari petani atau Gapoktan, justru lebih memprioritaskan membeli dari tengkulak.
“Seharusnya Tiga Pilar Sejahtera bisa melakukan pembelian langsung dari petani atau Gapoktan tanpa melalui tengkulak karena itu bisa memangkas rantai pasok sehingga harga beras tidak terlalu tinggi. Tingginya harga beras dikarenakan panjangnya rantai pasok, sehingga keuntungan kurang dinikmati petani, hanya para tengkulak saja yang menikmati,” ujar Agung.
Agung menambahkan, seharusnya harga beras tetap normal karena produksi beras mencukupi. Menurut data prognosa atau perkiraan, untuk bulan Mei, produksi beras 3,89 juta ton dan bulan Juni 2,85 juta ton. Sedangkan untuk bulan Juli diperkirakan produksi beras mencapai 5,66 juta ton karena memasuki panen raya.
“Kalau dilihat dari data perkiraan produksi beras, dijamin akan mencukupi karena kebutuhan beras Indonesia per bulan 2,5 juta ton atau bila memasuki Ramadhan dan Lebaran bisa lebih sedikit sekitar 2,8 juta ton. Dengan produksi yang mencukupi, seharusnya tidak terjadi gejolak harga. Dengan produksi beras yang mencukupi, pemerintah tinggal mengawasi jalur distribusi dari produsen ke konsumen,” jelasnya.
padiduaLebih lanjut Agung menjelaskan, pemerintah harus bisa mengendalikan harga pembelian gabah dari petani ke produsen swasta. Karena dengan membebaskan harga, Bulog akan kesulitan untuk bersaing karena swasta akhirnya bisa menentukan harga ke konsumen sesukanya.
“Contohnya di penggilingan PT Sakti ini, harga papannya saat ini Rp 4.200, sedangkan Bulog harga pembeliannya Rp 3.700. Sementara Petani masih kesulitan memasok ke penggilingan ini secara langsung tanpa melalui tengkulak. Ini yang akhirnya membuat harga beras tidak terkendali dan petani kurang menikmati keuntungannya,” pungkasnya.(**/siaran pers/humas dan ip kementerian pertanian)

Editor  : Pulo Lasman Simanjuntak

Tinggalkan Balasan