Spread the love

Jakarta, BeritaRayaOnline,- Padi dan  beras
sebagai sumber kehidupan bagi jutaan petani berlahan sempit.Beras diproduksi dan diolah oleh ratusan ribu penggilingan padi (sebagian besar 95 % penggilingan padi kecil) serta jutaan pelaku bisnis padi, gabah dan beras.

Demikian pemaparan Sutarto Alimoeso , Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) dalam Diskusi Hybird dan buka puasa bersama Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN)  di Jakarta, Rabu (12/4/2023).

“Pemerintah sangat memberikan perhatian terhadap produksi, stok, pemerataan, logistic dan harga beras  atau stabilisasi.Pentingnya dan perlunya perlindungan terhadap konsumen kurang mampu dan petani berskala kecil serta pengusaha bisnis pangan beras kecil atau penggilingan padi kecil,” ujarnya.

Menurut  Sutarto Alimoeso pemerintaj perlu memberikan perhatian yang besar dan terus menerus kepada petani padi/kecil dan penggilingan padi kecil agar ketersedian beras berkelanjutan terlaksana.

PADI DAN BERAS 2018 – 2023

Hasil survei BPS (tahun 2022), stok beras pada akhir Juni 2022 sebanyak 9,71 juta ton: 67,94% di Rumah Tangga, 11,40% di Bulog, 10,67% di Pedagang, 7,15 % di Penggilingan padi dan 2,84% di Horeka.

Data KSA – BPS Produksi Gabah/Beras : Tahun 2018 terjadi 4 bulan minus: Januari, Oktober, Nopember dan Desember; Tahun 2019 terjadi minus 5 bulan, yaitu bulan Januari, Pebruari, Oktober, Nopember dan Desember; tahun 2020 terjadi minus 6 bulan, yitu Januari, Pebruari, Juni, Oktober, Nopember dan Desember; tahun 2021 terjadi minus 9 bulan, yaitu Januari, Pebruari, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, Nopember dan Desember; tahun 2022 terjadi minus 9 bulan yaitu bulan Januari, Pebruari, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, Nopember dan Desember. Diprediksi Januari 2023 ( –1,17 juta ton) , Pebruari 2023 (+1,17 juta ton), Maret 2023 (+2,76 juta ton) dan April (+1,00 juta ton) beras.

Laporan anggota Perpadi , pada panen MT 2022 rendemen gabah ke beras cenderung turun, untuk panen MT 2022/2023 kualitas gabah cenderung baik penggilingan padi kecil banyak yang mati suri (pada saat produksi dibawah kebutuhan).

Saat panen raya ini umumnya sudah mulai beroperasi kembali.Sejak beberapa tahun ini, harga gabah dan beras cenderung ditentukan oleh adanya fluktuasi produksi, pelaksanaan BPNT dan Penggilingan Padi Besar atau pemodal kuat,” ucapnya.

Harga beras premium stabil (HET), harga gabah diatas HPP , (akhir tahun 2022 rata-rata harga gabah Rp 6000 – Rp 6300/kg GKP) dan harga beras medium tidak sesuai HET.

Harga gabah yang tinggi dan cenderung masih meningkat menyebabkan penggilingan padi sulit untuk memperoleh keuntungan dengan patokan HET yang berlaku.

“Sekalipun saat ini panen raya sudah terjadi di beberapa daerah, namun harga gabah masih relative tinggi.Tantangan ke depan baik jangka pendek maupun menengah perlu diantisipasi dengan tepat dan benar,” katanya.

Tantangan dan Peluang

Kebijakan Pemerintah sangat mempengaruhi Produksi dan pasar beras (Ketersediaan Sarana Produksi, CBP, Bansos, BPNT, Kenaikan BBM, HPP, HET, Fleksibilitas HPP, OP dan KPSH)
Produksi Beras Berfluktuasi berdasarkan Tempat dan Waktu (Terjadi Perebutan Gabah dan “Gabah Berwisata”).
Kesulitan bahan bakar, kelangkaan benih unggul bermutu dan pupuk masih sering terjadi di lapangan.

Produktivitas dan kualitas hasil (rendemen) berfluktuasi dan cenderung rendah, karena faktor budidaya dan ketepatan saat panen
Kapasitas Terpasang Penggilingan Padi telah jauh melebihi Ketersediaan Produksi Gabah, pemilik modal besar yang mampu menguasai bahan dan pasarPenggilingan Padi Kecil banyak yang tidak berproduksi optimal karena kesulitan akses modal dan pasar , dilain pihak revitalisasi berjalan lambat, diperlukan dukungan pemerintah.

Produksi padi utamanya di pulau Jawa dan dilakukan oleh petani berlahan sempit, sulit mengakses modal dan pasar, tergantung kepada pemodal (pemilik lahan , pengijon, tengkulak) dan bantuan program pemerintah ;
usaha budidaya padi bukan lagi sebagai sumber pendapatan utama bagi sebagian besar petani padi (SAMBILAN).

Variabilitas Tinggi

Tidak semua daerah mampu mencukupi kebutuhan berasnya.Beberapa Propinsi surplus dan penopang penyediaan stok nasional adalah : Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Lampung, NTB, Aceh.

“Sistem logistik pangan beras akan menjadi faktor penentu stabilisasi harga,” jelasnya.

POLA UMUM PANEN PADI

Produksi padi rentan terhadap iklim, berfluktuasi (tempat & waktu).
Saat Produksi padi surplus namun pengadaan stok pemerintah kurang optimal (ANOMALI).
Surplus besar terjadi pada saat panen raya pertama dan pada saat curah hujan tinggi
Industri hilir (panen dan pasca panen serta produk turunan/lanjutan) masih sangat terbatas.

Kebijakan pengadaan gabah/beras pemerintah berubah-ubah dan tidak tepat waktu
Kerjasama Sinergi pelaku perberasan belum optimal

Pada posisi A: Harga rendah / jatuh 🡪 seharusnya Pemerintah membeli (CBP, pengamanan harga di tingkat produsen)
Pada posisi B: Harga tinggi 🡪Pemerintah/ BULOG melakukan Operasi Pasar (Pengamanan harga di tingkat konsumen)

Tahun 2022 diperkirakan surplus beras terjadi pada bulan Maret, April, dan Juli.

Minus produksi beras terjadi pada bulan Januari, Pebruari, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, Nopember dan Desember produksi beras Januari 2023 lebih tinggi dari Januari 2022 (+0,46 juta ton)

Sejalan dengan luas panen yang turun , stok gabah/beras di penggilingan umumnya juga turun .

Kondisi Penggilingan Padi Saat Ini

Kapasitas terpasang penggilingan padi saat ini jauh melebihi produksi gabah. Jumlahnya tahun 2020 sebanyak 161.401 unit melebihi produksi gabah nasional (over kapasitas sekitar 60%). Terjadi pergerakan gabah antar wilayah (tidak efisien).

Sebagian besar (95,06 %) merupakan Penggilingan Padi Kecil (PPK) (≤1.500 kg/jam gabah), dengan konfigurasi mesin dan cara kerja yang kurang memadai. PP Kecil selama ini penyedia jasa penggilingan padi untuk masyarakat.

Kapasitas terpasang penggilingan padi besar (PPB = > 3 ton/jam gabah) dan penggilingan padi menengah (PPM = >1,5 – 3 ton/jam. gabah) dapat terpenuhi (termasuk rice to rice diperkirakan mengolah sekitar 50% dari produksi gabah), sedangkan penggilingan padi kecil masih belum optimal (diperkirakan < 50% dari kapasitas).

Rendemen masih rendah yaitu rata-rata 62,28 %, seharusnya dapat dicapai minimal 67% (Thailand 69,7 %, Vietnam 66,6 %)Selama periode tahun 2014-2021 impor beras rata-rata sebesar 844.572 tonTahun 2017, 2019, 2020 dan 2021 tidak impor beras pemerintah (umum)Setiap tahun impor beras khusus rata-rata sebanyak 381.557 tonRata-rata impor beras pemerintah sebanyak 463.015 ton (kurun waktu 2014 – 2021)

USULAN / SARAN MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN PERBERASAN

Kebijakan Perberasan yang berpihak kepada produsen dan konsumen secara berimbang
PRODUKSI PADI dalam negeri terus ditingkatkan (peningkatan IP, Perluasan lahan dan Produktivitas).

Dukungan pemerintah dalam upaya Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil untuk mengurangi kehilangan hasil, meningkatkan kualitas, efisiensi dan pendapatan ketersediaan stok pemerintah (Cadangan Pangan Pemerintah) yang memadai sebagai penyeimbang agar tidak terjadi gejolak harga.

Implementasi di lapangan diperlukan sinergi yang kokoh hulu – hilir (korporatisasi dan siapa yang layak sebagai agregator? Penggilingan Padi sebagai agregator)

Usulan / Saran Strategi Dalam Rangka
Perberasan Berkelanjutan

Pelaksanaan Undang Undang utamanya Undang – Undang Perlindungan Lahan Berkelanjutan.
Peningkatan Produksi Pangan / Beras berdasarkan kemampuan lokal, intensifikasi, perluasan tanam (Peningkatan IP dan lahan baru).

Penugasan kepada BUMN dan Swasta dalam penyediaan / produksi pangan mendorong pelaksanaan moderenisasi dan generasi muda terjun ke on farm pangan.

Pengaturan Pasar Pangan / gabah/Beras secara berkelanjutan, termasuk penyaluran beras hasil produksi setempat untuk golongan anggaran
Sinergi hulu-hilir secara tepat dan benar, dengan pendampingan melalui Korporatisasi Petani secara berkelanjutan , sekaligus memotong mata rantai pasok yang panjang
Tidak Memberikan Ijin Pendirian Penggilingan Padi Baru dengan Tanpa Mempertimbangkan Ketersediaan Produksi Gabah , namun diperlukan revitalisasi penggiligan padi yang sudah ada (terutama PP kecil).

Penggilingan padi besar bersinergi dengan penggilingan padi kecil (beras pecah kulit dan beras bahan).

“Cadangan beras pemerintah, pengadaan dan penyaluran beras dalam rangka bantuan sosial oleh dan melalui operatorpemerintah.Sedangkan pengadaan beras pemerintah diutamakan melalui penggilingan padi kecil,” pungkas Sutarto Alimoeso (***/BRO-1)

Editor : Lasman Simanjuntak

 

Tinggalkan Balasan