Spread the love

agungJakarta, BeritaRayaOnline,-“Para petani bawang tak perlu kuatir,  resah dan diminta untuk tetap tenang, karena rencana pemerintah impor bawang merah 2500 ton karena ada ‘parit’ kecil yang perlu diisi dengan adanya impor bawang merah ini.Bahkan jumlah impor tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhan bawang merah secara nasional selama satu hari,” ujar Dr.Ir.Agung Hendriadi, M.Eng, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik (IP) Kementerian Pertanian kepada sejumlah wartawan-termasuk wartawan BeritaRayaOnline– di ruang kerjanya, Rabu siang (25/5/2016).

Menurutnya, rencana pemerintah impor bawang merah lantaran  adanya delay dan supply yang menyebabkan kurangnya pasokan bawang merah di pasar.

“Namun, adaya impor bawang merah ini pasti berdampak effek psikologis kepada para petani, misalnya petani menjadi marah dan kecewa,” ucapnya.

dataDr.Ir.Agung Hendriadi, M.Eng mencoba menghitung bila rencana pemerintah impor bawang merah 2500 ton, dalam satu bulan kebutuhan 90 ribu ton x 30 hari, itu berarti dalam satu hari kebutuhan bawang merah 3 ribu ton.

“Maka kalau impor 2500 ton hanya untuk memenuhi kebutuhan satu hari secara nasional.Kalau hanya untuk memasok kebutuhan Jakarta saja yang hanya 250 ton sehari, berarti impor ini untuk memenuhi kebutuhan dalam 10 hari,” katanya lagi.

agungBerdasarkan data-data dari Kementerian Pertanian, produksi bawang merah nasional pada Mei 2016 sebanyak 95 ribu ton, sedangkan kebutuhannya 81.157 ton.Pemerintah melihat ketersediaan bawang menipis, sedangkan hasil panen Juni belum kentara.Padahal, jika pemerintah ingin bersabar, petani telah siap  melakukan panen  pada Juni dengan estimasi produksi mencapai 126.130 ribu  ton.Pada Juni, kebutuhan lebih rendah dibandingkan produksi yakni sebanyak 89.615 ton.

Produksi ini diperkirakan melimpah pada Juli 2016 yakni sebanyak  137.807 ton , sementara kebutuhannya  hanya 86.027 ton. Impor  bawang merah dilakukan karena untuk mencegah inflasi.

“Meski telah saya katakan tadi ada effek psikologis terhadap petani. Dampak psikologis pasti akan melukai hati petani,” ujarnya.

Batalkan Impor Bawang

Pemerintah diminta membatalkan kebijakan impor bawang merah karena stok di tingkat petani masih mampu mencukupi kebutuhan nasional. Kebijakan impor menjelang panen raya dipastikan membuat petani merugi.

dataduaKetua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Juwari mengatakan, petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lain akan memasuki masa panen pada Juni hingga Agustus.

“Maka tidak tepat kalau kemudian pemerintah melakukan impor bawang merah. Ini kebijakan yang keliru dan menunjukkan pemerintah tidak paham kondisi di lapangan,” kata Juwari kepada Sindonews, Rabu (25/5/2016).

Di wilayah Brebes, Juwari menyebut lahan bawang merah yang siap ‎panen pada Juni hingga Agustus mencapai 8.000 hektare. Tiap satu hektare rata-rata bisa menghasilkan 10 ton bawang merah. Sehingga jumlah bawang merah yang dipanen bisa mencapai 80.000 ton. Lahan bawang merah yang siap panen tersebut di antaranya tersebar di Kecamatan Wanasari, Brebes, Larangan, Songgom, dan Losari.

“Jadi stok bawang merah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional termasuk selama bulan Ramadan. Lahan 8.000 hektare itu baru di Brebes, belum di Kendal, Demak, dan daerah lain yang juga akan panen raya,” paparnya.

‎Menurut Juwari, selain stok yang masih mencukupi, kebijakan impor bawang merah juga tidak tepat dilakukan saat ini karena harga bawang merah di tingkat petani sedang turun. Jika keran impor dibuka, dipastikan harga semakin anjlok sehingga merugikan petani.

“Saat ini harga di tingkat petani hanya Rp16.000 per kilogram karena stok banyak dan mau panen raya. Kalau impor dilakukan bulan Maret masih wajar karena saat itu petani banyak menanam padi. Ini mau panen raya pemerintah justru impor, jelas menyakiti petani,” ujarnya.

baangDisinggung terkait harga yang masih tinggi di tingkat pedagang di pasar tradisional, Juwari menyebut hal itu disebabkan pola distribusi dan ulah pihak-pihak tertentu yang mempermainkan harga agar pemerintah membuka keran impor.

“Karena itu pemerintah seharusnya mencari siapa pihak yang bermain dan memperbaiki pola distribusi. Pemerintah bisa membuat sistem pergudangan dan manajemen stok. Selama ini itu belum dilakukan. Jangan sedikit-sedikit harga naik terus impor. Kasihan petani,” tandasnya.

Juwari melanjutkan, adanya permainan harga tersebut membuat petani tidak bisa menikmati untung kendati harga bawang merah tinggi. Petani kian merana karena hasil panen tidak mampu menutupi biaya yang dikeluarkan selama masa tanam. “Satu hektare biaya yang dikeluarkan bisa sampai Rp90 juta. Salah satunya karena harga benih yang mahal,” ungkapnya.

Fortani Juga Kecewa

Ketua Forum Tani Indonesia (Fortani), Wayan Supadno menyatakan kecewa atas keputusan pemerintah yang mengimpor bawang merah. Menurut Wayan, keputusan itu memperpanjang daftar kegagalan pemerintah mengantisipasi kekurangan stok bawang merah.

“Terang saja kami kecewa. Ini maknanya, pemerintah tidak bisa mengantisipasi kecukupan produksi bawang merah dalam negeri sehingga mengimpor,” kata Wayan, dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi IV DPR, dipimpin Herman Khaeron, di Gedung DPR, Senayan Jakarta, kemarin seperti dikutip dari Jpnn.com, Kamis (26/5/2016)

Kalau memang volume bawang merah diprediksi kurang, menurutnya, itu karena kurangnya luas lahan tanaman. Jalan keluarnya adalah pemerintah harus mencukupi lahan dan perbanyak petani bawang. Bukan dengan impor bawang merah.

“Cara berpikir solutif ini yang tidak terlihat dari pemerintah. Jawaban terhadap kekurangan bawang merah selalu saja impor dan operasi pasar,” tegas Wayan.

Kalau kebiasaan impor ini dibiarkan terus-menerus, Wayan khawatir bisa membunuh karakter profesi pertanian. “Maka jangan salahkan kalau setiap tahun Indonesia kehilangan setengah juta petani, yang beralih profesi karena tindakan impor yang merugikan petani,” pungkasnya.(***/lasman)

Editor   : Pulo Lasman Simanjuntak


Tinggalkan Balasan