Jakarta,BeritaRayaOnline,-“Sampai hari ini supply bawang merah dan cabai secara nasional sudah cukup.Namun, distribusi perlu dioptimalkan. Bahkan dari segi produksi kita sudah ekspor bawang merah, tetapi masalahnya distribusi belum tertata dengan baik,” jelas Kepala Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, Muhammad Syakir, kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/3/2016), sehubungan dengan kesiapan inovasi teknologi dalam mendukung swasembada dan antisipasi fluktuasi harga bawang merah dan cabai.
“Insya Allah ke depan daerah sentra bawang merah dan cabai tetap survive di musim penghujan,” katanya.
Menurutnya, Balitbang Pertanian tugas pokoknya adalah siapkan inovasi teknologi dan penyediaan benih sumber, apalagi bawang merah dan cabai masuk dalam tujuh komoditas pangan strategis.
“Benih sumber sudah produksi, dan cukup, “selanya.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Muhammad Syakir, mengatakan lagi fluktuasi harga cabai dan bawang merah terjadi karena a) karakter biologis bawang merah dan cabai merah yang mudah rusak (perishable), dan b) karakter ekologi di Indonesia yang dua musim (musim hujan dan musim kemarau), dimana musim hujan menjadi kendala produksi sayuran, termasuk kedua komoditas tersebut.
Pasokan bawang merah dan cabai merah di Indonesia secara umum sudah tercukupi. Pada 2014, kebutuhan bawang merah mencapai 0,63 juta ton/tahun, sedangkan pasokan nasional mencapai 1,23 juta ton/tahun (195%). Demikian pula halnya dengan kebutuhan cabai besar dan cabai rawit (0,37 dan 0,32 juta ton/tahun). dibandingkan dengan produksi nasional sebesar 1,07 dan 0,8 juta ton (288% dan 250 %).
“Fluktuasi dan disparitas harga terjadi karena distribusi produksi yang tidak merata baik dalam fungsi ruang maupun dalam fungsi waktu, ” ujarnya.
Pengusahaan bawang merah di Indonesia hanya dilakukan di daerah tertentu (terbatas) dan terkonsentrasi di Pulau Jawa (sekitar 85 %), dan hampir sekitar 42 % terkonsentrasi di Jawa Tengah (Kabupaten Brebes) diikuti oleh Jawa Timur ( 24 % Kabupaten Nganjuk dan Probolinggo), dan Jawa Barat ( 11 % Kabupaten Cirebon). Di luar Pulau Jawa sentra produksi bawang merah adalah NTB (9%), Sumatera Barat (5%), dan Sulawesi Selatan (4%).
“Dalam fungsi waktu, kelangkaan bawang merah dan cabai biasanya terjadi pada bulan Februari sampai April, sebagai dampak penurunan produksi sebagai akibat musim hujan.” katanya.
Untuk mewujudkan swasembada dan antisipasi fluktuasi harga perlu dilakukan melalui pendekatan teknis a)penanganan on farm untuk mencukupi produksi, b)pendekatan non teknis untuk penataan aktifitas panen, distribusi produksi, pemasaran, dan kebijakan.
Pendekatan teknis dapat dilakukan melalui penyediaan varietas unggul dan teknologi budidaya yang sesuai untuk situasi off season. Beberapa varietas unggul dan teknologi budidaya yang sesuai untuk situasi off season.Beberapa varietas unggul bawang merahyan tersedia antara lain a)sembrani ( adaptif terhadap musim hujan, umbi besar, adaptif di lahan kering atau tadah hujan, dan potensi hasil mencapai 24,4 ton/ha), b) maja (adaptif di dataran tinggi), dan c) trisula (warna merah keunguan mencolok, adaptif terhadap musim hujan).
Sedangkan varietas unggul cabai antara lain a) kencana dengan potensi produksi mencapai 22,9 juta ton/ha, adaptif di dataran medium, dataran tinggi, dan musim kemarau basah, b) ciko dengan produksi mencapai 20,5 juta ton/ha, adaptif di dataran medium, c) cabai rawit prima agrihorti dengan potensi produksi mencapai 20,25 ton/ha, pedas, dan adaptif di dataran tinggi, dan d) cabai rawit rabani agrihorti dengan produksi mencapai 13,14 j ton/ha, adaptif di dataran tinggi.
Pendekatan lain yang harus dilakukan meliputi a) penyediaan benih berkualitas dalam jumlah yang diperlukan. Untuk itu sudah tersedia teknologi benih TSS (true shallot seed) bawang merah dan teknologi benih bebas penyakit pada tanaman cabai, b) penyediaan teknologi budidaya off season , c) penanganan panen yang tepat sehingga mengurangi kehilangan hasil dan menjaga kualitas produksi, serta d) penanganan pasca panen ketika produksi berlimpah untuk mendukung pasokan pada kurun off season dengan memakai instore drying yang dapat memperpanjang masa simpan bawang merah hingga 6 bulan.
” Pendekatan non teknis terutama dilakukan untk menata distribusi sentra produksi, distribusi hasil antar wilayah, pembenahan supply chain, serta menerbitkan regulasi untuk menjamin kecukupan dan distribusi produksi secara permanen,” katanya. (lasman simanjuntak)