Spread the love
Anak muda ini penyandang autis ygn pandai bernyanyi saat peringatan Hari Autis Sedunia berlangsung di Kementerian Kesehatan Jakarta Rabu 13 April 2016 (Foto : Lasman Simanjuntak/BeritaRayaOnline)
Anak muda ini penyandang autis ygn pandai bernyanyi saat peringatan Hari Autis Sedunia berlangsung di Kementerian Kesehatan Jakarta Rabu 13 April 2016 (Foto : Lasman Simanjuntak/BeritaRayaOnline)

Jakarta,BeritaRayaOnline,-Mitos yang beredar mengenai gangguan autisme masih santer terdengar. Mulai dari penyebabnya yang simpang siur hingga perlakuan terhadap penyandang autisme yang masih menjadi stigma di masyarakat.

Padahal jika ditangani dengan benar, orang dengan gangguan autisme juga dapat berprestasi layaknya orang normal. Bahkan, kecerdasan penyandang autisme disebut-sebut dapat melebihi orang-orang pada umumnya.

Itulah yang menjadi alasan pentingnya bagi orangtua untuk mendeteksi gangguan autisme pada buah hati sejak dini.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan, dr. Fidiansjah, SpKJ bahkan mengatakan gangguan autisme bisa dideteksi saat sang ibu menyusui buah hatinya.

“Coba saat sedang menyusui fokus dengan tatapan anak. Apakah dia ada tatapan saat menyusu. Kalau tidak menatap itu sudah ada tanda awal gangguan spektrum autisme,” ujarnya pada Seminar ‘Kenali dan Deteksi Autisme Sejak Dini’ di Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Fidiansjah pun mengimbau agar para ibu menyusui untuk fokus pada buah hatinya. Hal ini dilakukan untuk mengawasi pertumbuhan anak dan menjalin kedekatan biologis dengan anak saat menyusui.

“Jadi, jauhkan dulu handphone saat menyusui. Ajak anak bicara, bernyanyi yang melatih fokus atau perhatiannya,” imbuhnya.

Lebih lanjut Fidiansjah mengatakan bahwa pada anak autis biasanya menunjukkan kondisi mata yang tak fokus saat berinteraksi dengan seseorang. Meski demikian ia belum dapat memastikan penyebab pasti munculnya gangguan autisme ini.

“Penyenab autisme itu multifaktor. Baik dari konteks neurotransmitter yang memberikan respon terhadap tumbuh kembang anak yang biasanya dapat dilihat melalui MRI. Lalu ada juga peran komponen piskologis dan faktor genetik,” pungkasnya.(**/suara.com/lasman simanjuntak)

Tinggalkan Balasan