Spread the love

20160323_140542Jakarta,BeritaRayaOnline,”TB (tuberkulosis-red)  merupakan penyakit yang menyakitkan,  danpenyakit yang mematikan.Namun, penyakit TB bisa disembuhkan, tetapi harus sabar,” pesan dr.H.M.Subuh,MPPM, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,Kementerian Kesehatan, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/3/2016) sehubungan dengan peringatan Hari TB Sedunia pada 24 Maret 2016.

Tema HTBS tahun 2016 yaitu global “unite to end TB” atau gerakan keluarga menuju Indonesia bebas TB melalui kegiatan TOSS TB (temukan TB obati sampai sembuh)

“Tiap hari diinjeksi, banyak pasien TB yang tak tahan.Banyak juga yang belum patuh minum obat tiap hari.Padahal 6 bulan sampai 9 bulan pasien TB itu bisa disembuhkan,” katanya.20160323_140603

dr.H.M.Subuh,MPPM, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dalam pertemuan dengan media berulangkali menekankan bahwa penyakit tuberkulosis bisa disembuhkan.

“Sekitar tahun 80-an ketika seseorang didiagnosis kena penyakit TB rasanya dunia mau kiamat.Dulu pasien TB dicemooh karena merupakan penyakit terhina, tetapi sekarang tak demikian.TB yang bersumber dari kuman bisa disembuhkan.Bahkan kalau pasien TB rajin dan patuh minum obat  selama 6 bulan, 98 persen pasti sembuh.Bisa juga diperpanjang sampai di atas 9 bulan,” ujarnya seraya menambahkan sampai saat ini tak ada daerah yang bebas TB terutama daerah padat, kumuh dan identik dengan kemiskinan.20160323_135247

Mengenai kemajuan penanggulangan TB di Indonesia, dijelaskan pemerintah punya komitmen kuat pada suksesnya penanggulangan TB.Penanggulangan TB merupakan target RPJMN dan Renstra 2015-2019.Penanggulangan TB merupakan sasaran Sustainable Development Goals (SDG’s) 100 program prioritas.

Kasus TB sensitif (1), penanggulangan TB dimaksudkan untuk penemuan dan pengobatan kasus TB sensitif.Angka keberhasilan pengobatan TB sensitif di Indonesia mencapai 90 persen.Sisanya 10 persen adalah pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan karena meninggal, pindah tempat tinggal, tidak melanjutkan, dan penyakit tidak respon terhadap obat yang diberikan.

Kasus TB sensitif (2), setiap tahun rata-rata 300.000 pasien yang diobati di seluruh Indonesia.Angka 300.000 ini dicapai karena perkirakan sebelum 2013 ada sebesar 458.000 kasus.

” Pengobatan TB harus dilakukan secara tuntas, sebab jika tidak, akan memunculkan masalah MDR. Apabila kasus MDR tidak ditangani dengan tuntas dapat berkembang menjadi XDR. Biaya pengobatan MDR bisa mencapai Rp 100 juta per tahun,” kilahnya.

Inovasi penanggulangan TB (2016) berupa gerakan temukan TB Obati Sampai Sembuh (TOSS TB) agar penemuan dan pengobatan TB semakin meningkat dan meluas.Memotivasi pemda kabupaten/kota agar mengalokasikan dana yang cukup untuk penanggulangan TB. Memperluas kemitraan dan penanggulangan TB agar cakupan penemuan dan pengobatan semakin meningkat.

Mengenai faktor utama penyebab TB MDR, penatalaksanaan pasien TB tidak sesuai standar (ISTC) yaitu pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan karena pindah tempat tinggal, tidak melanjutkan pengobatan, dan penyakit tidak respon terhadap obat yang diberikan.

“Pada saat Gunung Merapi meletus kami harus mencari pasien TB, dan pasien kusta. Bahkan saat terjadi kerusuhan massa di Sampang, kita cari pasien TB. Mereka lari kemana, sempat menyulitkan kami,” ujar  dr.H.M.Subuh, MPPM, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan.

Pemerintah memperluas pelayanan TB MDR yaitu RS rujukan/sub rujukan TB MDR : 48 RS, Puskesmas Satelit : 1050, Lab Rujukan Tes Cepat GeneXpert : 63, Lab Biakan tersertifikasi : 16, Uji Kepekaan Lini 1 :13, dan Uji Kepekaan Lini 2 :5.

Sedangkan intensifikasi penanggulangan TB MDR dengan memperluas cakupan untuk mencapai akses universal bagi pasien TB resitan obat pada 2018, ekspansi fasyankes (rujukan, sub rujukan, satelit), integrasi ke SJKN  (Program Jaminan Kesehatan Nasional). Meningkatkan hasil pengobatan yakni mendukung sosio-ekonomi dan perlindungan sosial, meningkatkan pengawasan program dan klinis, meningkatkan kualitas pelayanan, termasuk manajemen efek samping yang lebih baik, pelayanan masyarakat berbasis dan dukungan, serta keterlibatan sektor swasta.

“Mendorong seluruh pemberi pelayanan TB pemerintah dan swasta memberikan pelayanan TB standar. Meningkatkan kewaspadaan dengan penemuan kasus TB dini dan memastikan pelayanan TB berkualitas untuk mencegah kejadian TB MDR. Meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya TB, dan TB MDR dengan melakukan identifikasi suspek TB dan TB MDR lebih intensif, serta mendukung pasien dalam menjalani pengobataan sampai tuntas,” katanya.(lasman simanjuntak)

Foto oleh : Lasman Simanjuntak/BeritaRayaOnline

Tinggalkan Balasan